Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di ponpes darul ulum jombang
A. Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
1. Pengertian Tarekat
Menurut Kharisuddin Aqib dalam bukunya tarekat adalah suatu metode atau cara yang ditempuh seorang salik (orang yang meniti kehidupan sufistik) dalam rangka meningkatkan diri atau jiwanya sehingga dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode yang digunakan oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya, sebagaimana halnya madzhab-madzhab dalam bidang fiqih dan firqoh-firqoh dalam bidang ilmu kalam (aqidah). Pada perkembangan berikutnya membentuk suatu jam’iyyah (organisasi) yang disebut dengan tarekat.
Sedangkan Martin Van Bruinessen mendefinisikan tarekat adalah (secara harfiah berarti “jalan”) mengacu baik kepada sistem latihan atau meditasi maupun amalan (muraqabah, dzikir, wirid dan sebagainya) yang di hubungkan dengan sederet guru sufi, dan organisasi yang tumbuh di seputar metode sufi yang khas ini. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid mereka, dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan, tarekat itu mensistematiskan ajaran metode-metode. tasawuf. Guru-guru tarekat yang sama semuanya kurang lebih mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama dan dapat pula muraqabah yang sama. Seorang pengikut tarekat akan beroleh kemajuan dengan melalui sederetan ijazah berdasarkan tingkatnya, yang diakui oleh semua pengikut tarekat yang sama, dari pengikut biasa (mansub) hingga murid selanjutnya hingga pembantu syaikh atau khalifahnya dan akhirnya hingga menjadi guru yang mandiri (mursyid).
Al-Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdy menjelaskan pengertian tarekat sebagaimana berikut: “Tarekat adalah pengamalan syari’at, melaksanakan ibadah (dengan rukun) dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah ibadah, yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah”. Sedangkan pengertian tujuan tarekat secara lebih rinci dapat kita lihat dalam kitab “Jami’ul Auliya’”, oleh syaikh Najuddin al-Kubra, diterangkan: “Bahwa syari’at itu merupakan uraian, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakekat itu merupakan keadaan, dan ma’rifat itu merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Diberinya teladan seperti bersuci/thaharah, pada syari’at dengan air atau tanah, pada hakekatnya bersih dari hawa nafsu dan bersih dari selain Allah, semua itu untuk mencapai ma’rifat kepada Allah. Oleh karena itu orang tidak dapat berhenti pada syari’at saja, mengambil tarekat atau hakekat saja. Ia membandingkan syari’at sebagai sampan dan tarekat sebagai lautan dan ma’rifat itu sebagai mutiara, orang tidak akan dapat mendapat mutiara itu tanpa kapal dan laut.
Prof. Dr. H. Abu Bakar Aceh mendefinisikan pengertian tarekat adalah jalan, petunjuk dalam melakukan ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi SAW dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in turun-temurun sampai kepada guru-guru, sambung-menyambung dan rantai merantai.
Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan tasawuf di beberapa negara Islam, dari situ ia menarik suatu kesimpulan bahwa istilah tarekat mempunyai dua macam pengertian: Pertama, tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf untuk mencapai tingkatan kerohanian yang disebut “al-Maqâmât” dan “al-Ahwal”. Kedua, tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut aturan yang dibuat oleh seorang syeikh yang menganut suatu aliran tarekat tertentu. Maka dalam perkumpulan itulah seorang syaikh mengajarkan aliran tarekat yang dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan tarekat yaitu suatu ibadah yang diupayakan seseorang atau kelompok orang dengan bimbingan seorang mursyid atau pemimpin tarekat untuk membersihkan jiwa, dengan pelaksanaan amaliyah dan ajaran tertentu dan khas yang mempunyai mata rantai turun temurun atau sambung menyambung sampai Nabi Saw, dengan tujuan yaitu agar mencapai ma’rifat kepada Allah, yakni kenal atau dekat dengan Allah Swt, yang dilakukan sendiri atau berjama’ah.
2. Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah merupakan gabungan nama dari dua nama terdekat, yang didirikan oleh seorang sufi dari Indonesia yang bernama al-Syaikh Ahmad Khatib Sambas, beliau belajar dan memperdalam ilmu agama (syari’at Islam) serta ilmu tarekat pada guru -gurunya di Makkah pada sekitar pertengahan abad ke-19. Setelah bekal dan ilmu serta wasiat dari gurunya sudah cukup, beliau mendapat petunjuk dan firasat untuk memadukan dua macam tarekat yang telah ia yakini tersebut. Kedua tarekat itu adalah tarekat Qodiriyah yang didirikan oleh al-Syaikh Abdul Qadir al-Jilany seorang alim sufi dan zahid yang wafat pada th. 561 H/1166 M, dan tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syaikh Muhammad Baha’uddin al-Waisy al-Bukhory (717-791 H).
Syaikh Naquib al-Attas mengatakan bahwa TQN tampil sebagai sebuah tarekat gabungan karena Syaikh Sambas adalah seorang syaikh dari kedua tarekat dan dalam satu versi yaitu mengajarkan dua jenis dzikir sekaligus yaitu dzikir yang dibaca keras dalam Tarekat Qadiriyah dan zikir yang dilakukan didalam hati (khafi) dalam Tarekat Naqshabandiyah.
3. Sejarah dan Silsilah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Seperti yang telah diterangkan di atas bahwa tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khotib Sambas, dengan menggabungkan dua tarekat yang berbeda, lalu pada perkembangannya beliau mengajarkan tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah pada murid-muridnya yang berasal dari Indonesia. Syaikh Khatib Sambas mempunyai banyak murid, yang di antaranya adalah murid-murid dari Indonesia. Martin Van Bruinessen dalam bukunya “Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia”, menjelaskan: “Setelah wafatnya asy-Syaikh Ahmad Khatib Sambas, hanya ada seorang dari muridnya yang diakui sebagai pemimpin utama tarekat ini. Dia adalah Syaikh Abdul Karim dari Banten, yang mana hampir sepanjang hidupnya, ia bermukim di Makkah. Selain beliau dua kholifah yang lain yang berpengaruh adalah Syaikh Tholhah di Cirebon dan Ahmad Hasbullah ibn Muhammad (orang Madura yang juga menetap di Makkah)”. Karena itu semua cabang tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang tergolong di masa kini mempunyai hubungan keguruan dengan seorang atau dari ketiga kholifah di atas. Di samping ketiga kholifah di atas ada lagi beberapa kholifah yang terkenal yaitu; Muhammad Ismail ibn Abdur Rahim dari Bali, Syaikh Yasindari Malaya, Syaikh Ahmad dari Lampung, Syaikh Ma’ruf ibn Abdillah Khotib dari Palembang, dan Syaikh Abdul Karim yang dapat membawa tarekat ini menjadi luar biasa populernya.
Pondok Pesantren Rejoso Darul’Ulum Jombang merupakan pusat tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Jawa Timur dengan pengaruh yang tersebar luas sampai ke pulau Madura. Pendiri Pesantren ini adalah KH. Tamim asli Madura yang menetap di daerah Peterongan Jombang. Dan masuknya tarekat ini diperkenalkan oleh menantu laki-lakinya yang bernama KH. Kholil al-Julaimi dari Kudus, yang telah beliau nikahkan dengan anak perempuannnya bernama Fatimah. KH Tamim mempunyai 3 orang anak yang bernama Fatimah Tamim, Romly Tamim dan Umar Tamim. Sebelumya, KH Kholil telah mendapatkan ijazah dari gurunya yang bernama Syekh Ahmad Hasbullah dari Makkah. Darisini KH. Kolil mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Darul’Ulum Peterongan Jombang dan sekitarnya.
KH Kholil mempunyai tiga orang anak laki-laki dari pernikahan dengan Nyai Fatimah Tamim, yang bernama Dahlan Kholil, Bisri Kholil dan Maksum Kholil. Sebelum KH. Kholil wafat, jubah kepemimpinannya diberikan kepada putra KH. Tamim, yaitu KH. Romli Tamim. Kemudian jubah kepemimpinan diturunkan kepada anak dari KH Romly Tamim, yaitu KH Musta’in Romly.
SILSILAH GURU-GURU TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN JOMBANG
Adapun silsilah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah berawal dari al-Faqir ilallahi Khabir Syaikh Kyai Muhammad Romly bin Tamim (Peterongan Jombang) yang menerima talqin dan baiat kedua Tarekat tersebut dari Syaikh Kyai Muhammad Kholil al-Julaimi (Kudus), sedangkan Syaikh Kyai Kholil menerima talqin dan baiat dari Syaikh Ahmad Hasbulloh bin Muhammad (Madura), beliau menerima baiat dari Syaikh Abdul Karim (Banten), beliau menerima dari Syaikh Ahmad Khotib Sambas bin Abdul Ghoffar al-Makky, yang ‘Alim dan al-Arif billah yang mukim di Makkah kampung Suqul Lail.
Urutan silsilah tersebut sebagaimana disebutkan di bawah ini , diurut dari nomor satu, kemudian nomor satu menerima talqin dan baiat dari nomor dua, nomor dua menerima talqin dan baiat dari nomor tiga, begitulah seterusnya sampai kepada Nabi kiyta Sayyidul Mursalin wa Habibi Rabbil Alamin, Sayyiduna wa Syafi’una Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama Rasulullah ilaa Kaffatil Khalqi Ajma’in, min Jibril Alaihis Salam, minar Rabbil Jalil wa Mu’tiqir Riqab Huwa Allah Azza wa Jalla.
1. Syaikh KH Muhammad Romly Tamim
2. Syaikh KH Muhammad Kholil al-Julaimi
3. Syaikh Ahmad Hasbulloh bin Muhammad al-Madury
4. Syaikh Abdul Karim al-Bantany al-Makky
5. Syaikh Ahmad Khotib bin Abdul Ghoffar al-Makky
6. Syaikh Syamsuddin
7. Umdatul Ulama wa Qudwatul Awliya Syaikh Murod
8. Syaikh Abdul Fattah
9. Syaikh Kamaluddin
10. Syaikh Utsman
11. Syaikh Abdur Rohim
12. Syaikh Abu Bakr
13. Syaikh Yahya
14. Syaikh Husamuddin
15. Syaikh Waliyyuddin
16. Syaikh Nuruddin
17. Syaikh Zainuddin
18. Syaikh Syarofuddin
19. Syaikh Syamsuddin
20. Syaikh Muhammad al-Hattak
21. Syaikh Abdul Aziz bin Abdul Qodir al-Jilany
22. Sulthanul Awliya’ Syaikh Abdul Qodir al-Jaylani
23. Syaikh Abu Sa’id al-Mubarok bin Ali al-Makhzumy
24. Syaikh Abu Hasan Ali al-Qurosy al-Hakkary
25. Syaikh Abu Faraj at-Turtusiy
26. Syaikh Abdul Wahid at-Tamimy
27. Syaikh Abu Bakr as-Syibly
28. Syaikh Abu Qosim al-Junaidi al-Baghdady
29. Syaikh Abu Hasan Sarry as-Saqoty
30. Syaikh Ma’ruf bin Fayrus al-Kurkhy
31. Syaikh al-Imam Ali bin Musa ar-Ridlo
32. Syaikh al-Imam Musa al-Khadlim
33. Syaikh al-Imam Ja’far as-Shodiq
34. Syaikh al-Imam Muhammad al-Baqir
35. Syaikh al-Imam Ali Zainal Abidin
36. Sayyiduna Husain bin Ali bin Abi Thalib
37. Sayyiduna Ali bin Abi Thalib
38. Sayyiduna Muhammad Rasulullah SAW
39. Aminul Wahyi Sayyiduna Jibril AS
40. Robbul Arbab Allah SWT
Daftar pustaka
Kharisuddin Aqib, al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 1
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1992), 15.
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat (t.k.: CV. Ramadani, 1936), 7.
Ibid,. 67.
Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, 110-111.
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia… 89.
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta: Amzah, 2012), 363.
Untuk silsilah mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah saat ini di Pondok Pesantren Darul’Ulum Rejoso Peterongan Jombang adalah al-Mursyid KH. A. Tamim Romly, SH, M.Si, menerima ijazah Mursyid dari al-Mursyid KH. M. Shonhaji Kebumen (murid KH. M. Romly Tamim), beliau menerima ijazah mursyid dari al-Mursyid KH. M. Utsman al-Ishaqi Surabaya, beliau menerima ijazah mursyid dari al-Mursyid KH. Muhammad Romly Tamim, dan seterusnya... ... .
1. Pengertian Tarekat
Menurut Kharisuddin Aqib dalam bukunya tarekat adalah suatu metode atau cara yang ditempuh seorang salik (orang yang meniti kehidupan sufistik) dalam rangka meningkatkan diri atau jiwanya sehingga dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode yang digunakan oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya, sebagaimana halnya madzhab-madzhab dalam bidang fiqih dan firqoh-firqoh dalam bidang ilmu kalam (aqidah). Pada perkembangan berikutnya membentuk suatu jam’iyyah (organisasi) yang disebut dengan tarekat.
Sedangkan Martin Van Bruinessen mendefinisikan tarekat adalah (secara harfiah berarti “jalan”) mengacu baik kepada sistem latihan atau meditasi maupun amalan (muraqabah, dzikir, wirid dan sebagainya) yang di hubungkan dengan sederet guru sufi, dan organisasi yang tumbuh di seputar metode sufi yang khas ini. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid mereka, dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan, tarekat itu mensistematiskan ajaran metode-metode. tasawuf. Guru-guru tarekat yang sama semuanya kurang lebih mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama dan dapat pula muraqabah yang sama. Seorang pengikut tarekat akan beroleh kemajuan dengan melalui sederetan ijazah berdasarkan tingkatnya, yang diakui oleh semua pengikut tarekat yang sama, dari pengikut biasa (mansub) hingga murid selanjutnya hingga pembantu syaikh atau khalifahnya dan akhirnya hingga menjadi guru yang mandiri (mursyid).
Al-Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdy menjelaskan pengertian tarekat sebagaimana berikut: “Tarekat adalah pengamalan syari’at, melaksanakan ibadah (dengan rukun) dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah ibadah, yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah”. Sedangkan pengertian tujuan tarekat secara lebih rinci dapat kita lihat dalam kitab “Jami’ul Auliya’”, oleh syaikh Najuddin al-Kubra, diterangkan: “Bahwa syari’at itu merupakan uraian, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakekat itu merupakan keadaan, dan ma’rifat itu merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Diberinya teladan seperti bersuci/thaharah, pada syari’at dengan air atau tanah, pada hakekatnya bersih dari hawa nafsu dan bersih dari selain Allah, semua itu untuk mencapai ma’rifat kepada Allah. Oleh karena itu orang tidak dapat berhenti pada syari’at saja, mengambil tarekat atau hakekat saja. Ia membandingkan syari’at sebagai sampan dan tarekat sebagai lautan dan ma’rifat itu sebagai mutiara, orang tidak akan dapat mendapat mutiara itu tanpa kapal dan laut.
Prof. Dr. H. Abu Bakar Aceh mendefinisikan pengertian tarekat adalah jalan, petunjuk dalam melakukan ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi SAW dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in turun-temurun sampai kepada guru-guru, sambung-menyambung dan rantai merantai.
Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan tasawuf di beberapa negara Islam, dari situ ia menarik suatu kesimpulan bahwa istilah tarekat mempunyai dua macam pengertian: Pertama, tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf untuk mencapai tingkatan kerohanian yang disebut “al-Maqâmât” dan “al-Ahwal”. Kedua, tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut aturan yang dibuat oleh seorang syeikh yang menganut suatu aliran tarekat tertentu. Maka dalam perkumpulan itulah seorang syaikh mengajarkan aliran tarekat yang dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan tarekat yaitu suatu ibadah yang diupayakan seseorang atau kelompok orang dengan bimbingan seorang mursyid atau pemimpin tarekat untuk membersihkan jiwa, dengan pelaksanaan amaliyah dan ajaran tertentu dan khas yang mempunyai mata rantai turun temurun atau sambung menyambung sampai Nabi Saw, dengan tujuan yaitu agar mencapai ma’rifat kepada Allah, yakni kenal atau dekat dengan Allah Swt, yang dilakukan sendiri atau berjama’ah.
2. Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah merupakan gabungan nama dari dua nama terdekat, yang didirikan oleh seorang sufi dari Indonesia yang bernama al-Syaikh Ahmad Khatib Sambas, beliau belajar dan memperdalam ilmu agama (syari’at Islam) serta ilmu tarekat pada guru -gurunya di Makkah pada sekitar pertengahan abad ke-19. Setelah bekal dan ilmu serta wasiat dari gurunya sudah cukup, beliau mendapat petunjuk dan firasat untuk memadukan dua macam tarekat yang telah ia yakini tersebut. Kedua tarekat itu adalah tarekat Qodiriyah yang didirikan oleh al-Syaikh Abdul Qadir al-Jilany seorang alim sufi dan zahid yang wafat pada th. 561 H/1166 M, dan tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syaikh Muhammad Baha’uddin al-Waisy al-Bukhory (717-791 H).
Syaikh Naquib al-Attas mengatakan bahwa TQN tampil sebagai sebuah tarekat gabungan karena Syaikh Sambas adalah seorang syaikh dari kedua tarekat dan dalam satu versi yaitu mengajarkan dua jenis dzikir sekaligus yaitu dzikir yang dibaca keras dalam Tarekat Qadiriyah dan zikir yang dilakukan didalam hati (khafi) dalam Tarekat Naqshabandiyah.
3. Sejarah dan Silsilah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Seperti yang telah diterangkan di atas bahwa tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khotib Sambas, dengan menggabungkan dua tarekat yang berbeda, lalu pada perkembangannya beliau mengajarkan tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah pada murid-muridnya yang berasal dari Indonesia. Syaikh Khatib Sambas mempunyai banyak murid, yang di antaranya adalah murid-murid dari Indonesia. Martin Van Bruinessen dalam bukunya “Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia”, menjelaskan: “Setelah wafatnya asy-Syaikh Ahmad Khatib Sambas, hanya ada seorang dari muridnya yang diakui sebagai pemimpin utama tarekat ini. Dia adalah Syaikh Abdul Karim dari Banten, yang mana hampir sepanjang hidupnya, ia bermukim di Makkah. Selain beliau dua kholifah yang lain yang berpengaruh adalah Syaikh Tholhah di Cirebon dan Ahmad Hasbullah ibn Muhammad (orang Madura yang juga menetap di Makkah)”. Karena itu semua cabang tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang tergolong di masa kini mempunyai hubungan keguruan dengan seorang atau dari ketiga kholifah di atas. Di samping ketiga kholifah di atas ada lagi beberapa kholifah yang terkenal yaitu; Muhammad Ismail ibn Abdur Rahim dari Bali, Syaikh Yasindari Malaya, Syaikh Ahmad dari Lampung, Syaikh Ma’ruf ibn Abdillah Khotib dari Palembang, dan Syaikh Abdul Karim yang dapat membawa tarekat ini menjadi luar biasa populernya.
Pondok Pesantren Rejoso Darul’Ulum Jombang merupakan pusat tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Jawa Timur dengan pengaruh yang tersebar luas sampai ke pulau Madura. Pendiri Pesantren ini adalah KH. Tamim asli Madura yang menetap di daerah Peterongan Jombang. Dan masuknya tarekat ini diperkenalkan oleh menantu laki-lakinya yang bernama KH. Kholil al-Julaimi dari Kudus, yang telah beliau nikahkan dengan anak perempuannnya bernama Fatimah. KH Tamim mempunyai 3 orang anak yang bernama Fatimah Tamim, Romly Tamim dan Umar Tamim. Sebelumya, KH Kholil telah mendapatkan ijazah dari gurunya yang bernama Syekh Ahmad Hasbullah dari Makkah. Darisini KH. Kolil mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Darul’Ulum Peterongan Jombang dan sekitarnya.
KH Kholil mempunyai tiga orang anak laki-laki dari pernikahan dengan Nyai Fatimah Tamim, yang bernama Dahlan Kholil, Bisri Kholil dan Maksum Kholil. Sebelum KH. Kholil wafat, jubah kepemimpinannya diberikan kepada putra KH. Tamim, yaitu KH. Romli Tamim. Kemudian jubah kepemimpinan diturunkan kepada anak dari KH Romly Tamim, yaitu KH Musta’in Romly.
SILSILAH GURU-GURU TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN JOMBANG
Adapun silsilah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah berawal dari al-Faqir ilallahi Khabir Syaikh Kyai Muhammad Romly bin Tamim (Peterongan Jombang) yang menerima talqin dan baiat kedua Tarekat tersebut dari Syaikh Kyai Muhammad Kholil al-Julaimi (Kudus), sedangkan Syaikh Kyai Kholil menerima talqin dan baiat dari Syaikh Ahmad Hasbulloh bin Muhammad (Madura), beliau menerima baiat dari Syaikh Abdul Karim (Banten), beliau menerima dari Syaikh Ahmad Khotib Sambas bin Abdul Ghoffar al-Makky, yang ‘Alim dan al-Arif billah yang mukim di Makkah kampung Suqul Lail.
Urutan silsilah tersebut sebagaimana disebutkan di bawah ini , diurut dari nomor satu, kemudian nomor satu menerima talqin dan baiat dari nomor dua, nomor dua menerima talqin dan baiat dari nomor tiga, begitulah seterusnya sampai kepada Nabi kiyta Sayyidul Mursalin wa Habibi Rabbil Alamin, Sayyiduna wa Syafi’una Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama Rasulullah ilaa Kaffatil Khalqi Ajma’in, min Jibril Alaihis Salam, minar Rabbil Jalil wa Mu’tiqir Riqab Huwa Allah Azza wa Jalla.
1. Syaikh KH Muhammad Romly Tamim
2. Syaikh KH Muhammad Kholil al-Julaimi
3. Syaikh Ahmad Hasbulloh bin Muhammad al-Madury
4. Syaikh Abdul Karim al-Bantany al-Makky
5. Syaikh Ahmad Khotib bin Abdul Ghoffar al-Makky
6. Syaikh Syamsuddin
7. Umdatul Ulama wa Qudwatul Awliya Syaikh Murod
8. Syaikh Abdul Fattah
9. Syaikh Kamaluddin
10. Syaikh Utsman
11. Syaikh Abdur Rohim
12. Syaikh Abu Bakr
13. Syaikh Yahya
14. Syaikh Husamuddin
15. Syaikh Waliyyuddin
16. Syaikh Nuruddin
17. Syaikh Zainuddin
18. Syaikh Syarofuddin
19. Syaikh Syamsuddin
20. Syaikh Muhammad al-Hattak
21. Syaikh Abdul Aziz bin Abdul Qodir al-Jilany
22. Sulthanul Awliya’ Syaikh Abdul Qodir al-Jaylani
23. Syaikh Abu Sa’id al-Mubarok bin Ali al-Makhzumy
24. Syaikh Abu Hasan Ali al-Qurosy al-Hakkary
25. Syaikh Abu Faraj at-Turtusiy
26. Syaikh Abdul Wahid at-Tamimy
27. Syaikh Abu Bakr as-Syibly
28. Syaikh Abu Qosim al-Junaidi al-Baghdady
29. Syaikh Abu Hasan Sarry as-Saqoty
30. Syaikh Ma’ruf bin Fayrus al-Kurkhy
31. Syaikh al-Imam Ali bin Musa ar-Ridlo
32. Syaikh al-Imam Musa al-Khadlim
33. Syaikh al-Imam Ja’far as-Shodiq
34. Syaikh al-Imam Muhammad al-Baqir
35. Syaikh al-Imam Ali Zainal Abidin
36. Sayyiduna Husain bin Ali bin Abi Thalib
37. Sayyiduna Ali bin Abi Thalib
38. Sayyiduna Muhammad Rasulullah SAW
39. Aminul Wahyi Sayyiduna Jibril AS
40. Robbul Arbab Allah SWT
Daftar pustaka
Kharisuddin Aqib, al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 1
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1992), 15.
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat (t.k.: CV. Ramadani, 1936), 7.
Ibid,. 67.
Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, 110-111.
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia… 89.
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta: Amzah, 2012), 363.
Untuk silsilah mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah saat ini di Pondok Pesantren Darul’Ulum Rejoso Peterongan Jombang adalah al-Mursyid KH. A. Tamim Romly, SH, M.Si, menerima ijazah Mursyid dari al-Mursyid KH. M. Shonhaji Kebumen (murid KH. M. Romly Tamim), beliau menerima ijazah mursyid dari al-Mursyid KH. M. Utsman al-Ishaqi Surabaya, beliau menerima ijazah mursyid dari al-Mursyid KH. Muhammad Romly Tamim, dan seterusnya... ... .
Nyuwun sewu ... mohon maaf ... adakah ada yang mau berkenan memberi info kepada saya ... tentang nama mursyid/badal di sekitar Banyumas-Cilacap yang silsilah ijazahnya dari Syaikh Romly Tamim atau dari KH. Musta'in Romly .... matur nuwun.
BalasHapusSampyan dari pondok pesantren darul ulum?
HapusAtau bisa wa saya di 089601353195
saya santri dari Alm.KH. Dimyati Romly,saat ini Mursyid di pimpin oleh KH. Tamim Romly
HapusAssalamualaikum ustadz.saya alumni ponpes darul ulum rejoso Peterongan Jombang.mau nanya untuk Mursyid skrng stelah wafat Almarhum yai dimyathi Romly siapa?
BalasHapusSaya ingin berbaiat dengan beliau.terimakasih
Assalamualaikum
Waalaikumsalam
HapusSy bantu jawab. Mursyid skrg adalah kiai Mudjib Musta'in putra kiai Musta'in yg sekrg mnjadi rektor Undar dan pengasuh ponpes Darul Ulum Agung di Malang
koreksi untuk Mami,panjenengan salah informasi mengenai mursyid pengganti Alm. KH. Dimyati Romly adalah KH. Tamim Romly.Trima Kasih saudaraku se-almamater.saya alumni Darul Ulum angkatan 2003
HapusSahabat mami, gus mujib menjadi mursyid di tqn mutabarok yang didirikan oleh buya musta'in di undar. Sedang di njoso sendiri kh. Tamim romli yang menjadi mursyid. Siapa mursyid berikutnya itu tidak penting, karena apa? Semua mursyid penerusnya, baik gus tamim atau gus mujib fardhu 'ain kita patuhi, untuk apa? Hikmat kepada guru dan keturunan adalah cara untuk mendapatkan keberkahan dari guru robbani.
HapusTiap berapa minggu sekali mujahada manaqib d laksanakan
BalasHapusTerima kasih
Assalamualaikum
BalasHapusSaya ingin mengikuti mujahada manaqib
Tiap berapa minggu?
Terima kasih
Tiap berapa minggu sekali mujahada manaqib d laksanakan
BalasHapusTerima kasih
Untuk bai at thoriqoh biasanya hari AP ? Saya alumni Du
BalasHapusInsya Alloh, masih setiap har kamis/kamisan, tetapi karena musim pandemi di tiadakan
HapusAssalamualaikum.wr.wb. saya ingin belajar torekoh. Kalau daerah madiun mursidnya siapa....???
BalasHapusAss mohon mf sahkah bai atnya orang lewat badalmursid..
BalasHapus